Kamis, 24 Januari 2008

Wortel, Telur, dan Kopi


Seorang anak perempuan mengeluh pada ayahnya tentang kehidupannya yang sangat berat. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya dan bermaksud untuk menyerah. Dia merasa capai untuk berjuang dan berjuang.

Satu persoalan telah diatasi persoalan yang lain timbul. Ayahnya, seorang koki, membawanya kedalam dapur. Dia mengisi tiga buah panci dengan air dan kemudian menempatkannya diatas api. Segera air didalam panci-panci itu mendidih. Pada sebuah panci diisinya dengan beberapa wortel, kedalam panci kedua diisinya dengan beberapa biji telur, dan pada panci terakhir diisinya dengan biji-biji kopi. Dibiarkannya beberapa saat tanpa berkata sepatah kata.

Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan dengan tidak sabar menunggu, keheranan dengan yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit ayahnya mematikan kompor. Diambilnya wortel-wortel dan diletakan kedalam mangkok. Diambilnya telur-telur dan diletakkan kedalam mangkok. Kemudian dituangkannya kopi kedalam cangkir.

Berbalik kepada anaknya, dia bertanya: "Sayangku, apa yang kau lihat?"

"Wortel, telur, dan kopi," jawab anaknya.

Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Dia melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya anaknya mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya untuk menghirup kopi. Dia tersenyum saat merasakannya penuh aroma.

Dengan rendah hati bertanya "Apa artinya, bapa?"

Sang ayah menjelaskan tiap benda telah merasakan kemalangan yang sama, air yang mendidih, tetapi beraksi berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar. Tetapi setelah dimasak dalam air mendidih, menjadi melembut dan lemah. Telur yang rapuh. Kulit luar yang tipis melindungi cairan didalamnya. Tetapi setelah dimasak didalam air mendidih, cairan didalam menjadi keras. Biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak didalam air mendidih, kopi itu telah merubah air.

"Yang mana engkau?" sang ayah bertanya, "Ketika kemalangan mengetuk pintumu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau kopi?"

Tidak ada komentar: