Kamis, 27 November 2008

Senyum itu indah

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang sayaharapkan setiap orang memilikinya.
Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama"Smiling"..
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.
Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus... Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering...! Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani siBungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.
Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani,mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.
Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, dan...tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangatdekil...! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.....
Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dania sedang "tersenyum" kearah saya....
Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam... tapi juga memancarkan kasih sayang...!
Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu... Ia menyapa"Good day..!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya'tugas' yang diberikan oleh dosen saya.
Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental,dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin.. setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka...,dan kami bertiga tiba-2 saja sudah sampai didepan counter.
Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan... Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir... Nona !"
Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.
Tiba-2 saja saya diserang oleh rasa iba... membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu-2 lainnya, yang hampir semuanya...sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan,saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya..., dan pasti juga melihat semua'tindakan' saya...
Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum... dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanansaya) dalam nampan terpisah.
Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya kemeja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. .. saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap.."makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua...."
Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2... dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya...."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata... "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepadakalian...."
Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekalisaya merengkuh kedua lelaki itu....
Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka... dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata..."Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku..., yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku...! "
Kami saling berpegangan tangan beberapa saat...... dan saat itu kami benar-2bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' .. untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.
Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya...mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin'berjabat tangan' dengan kami... Salah satu diantaranya,seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap.. "tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini...,jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami..." Saya hanya bisa berucap "terimakasih"sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami...! Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya dan sekaligus merupakan 'berkat' bagi saya..., maupun bagi orang-2 yang ada disekitar saya saat itu.
Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang'Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali...!
Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata,"Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca....para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi... Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosendalam membawakan ceritanya... membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.
Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya ..
"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu..."
Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku,guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi.
Saya lulus... dengan 1 pelajaran terbesar yangtidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu :"PENERIMAAN TANPA SYARAT".
Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara....
MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKITHARTA-BENDA YANG KITA MILIKI..., bukannya... MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIKKITA,... DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA...!
Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda,teruskan cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat'yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca ceritaini akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun)bagi sesama... yang sedang membutuhkan uluran tangannya... !
Orang bijak mengatakan : Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu. .., tetapihanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK didalam hatimu.
Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu... Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu...!
Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak; Orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak...! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya..!
Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka,... hewan itu tetap harus BERUSAHA untuk bisa mendapatkannya.
Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni....
Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lamauntuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimusendiri.

Semangkuk bubur Polos

Berasnya adalah beras ketan, kualinya adalah kuali tanah liat, apinya berasal dari batu bara. Tiap hari subuh jam 4.30, pria ini menyulut api. Dalam kuali diisi air, untuk merendam beras yang telah dicuci. Menunggu airmendidih, beras dimasukkan. Menggunakan api besar memasak selama 10 menit. Setelah itu dirubah menjadi api kecil untuk direbus. Pria itu di pinggir kompor sedang membungkuk, menggunakan gayung mengaduk-aduk dengan perlahan-lahan.

Setengah jam kemudian, pria tersebut dengan satu tangan membawa semangkuk bubur putih panas yang masih mengepulkan asapnya, tangan yang lain membawa sepiring sayur asin yang telah disiram dengan minyak wijen. Masuk kedalam kamar tidur, memanggil istrinya untuk bangun.
Wanita itu membalikkan badan, mulutnya menggumamkan sesuatu dan tidur lagi.Pria itu mendengarkan suara dengkur istrinya yang sedang lelap. Dia tidaktega untuk memanggil lagi. Duduk dipinggir ranjang, mengawasi arloji dan melihat ke wajah istrinya , lalu melihat lagi ke arloji. Wanita itu mendadak meloncat keluar dari ranjang. Melihat arloji, tergesa-gesa mengenakan pakaian dan turun dari ranjang, sambil berkata ?Sudah terlambat, mengapa tidak membangunkan saya??
Suaminya menyajikan bubur putih dan sayur asinnya sambil berkata,?Jangan cemas, masih ada waktu, makanlah buburnya dulu.?
Buburnya adalah bubur putih polos, tanpa ada tambahan daging ayam ataupun telur ayam. Bubur semacam ini, menjadi sarapan pagi istrinya selama 5tahun.
Ketika pria dan wanita ini menikah, tidak ada uang untuk pesta perkawinan,kedua insan ini hanya meletakkan tikar mereka masing-masing menjadi satu.Beginilah sudah jadi sekeluarga.
Pada saat malam pengantin, pria ini membawakan semangkuk bubur polos. Buburnya putih bersih, di bawah sinar lampu memancarkan cahaya yang berkilau. Pria itu berkata :?Lambungmu tidak baik, banyak makan bubur dapatmenjaga maag.? Dimakanlah bubur itu oleh istri-nya. Aroma sedap khas bubur,tidak hanya membuat lambungnya hangat, namun juga hatinya. Mereka sama-samabekerja di satu pabrik. Si wanita sepanjang tahun bekerja di pagi hari,yang pria sepanjang tahun bekerja pada malam hari. Setiap jam empat subuh sangsuami pulang dari kerja. Sedang istrinya masuk jam setengah enam pagi.Waktu mereka untuk bersama pendek sekali hanya sekitar 1,5 jam.
Pulang dari kerja, hal pertama yang dikerjakan oleh si pria adalah menyulutapi, mengisi kuali. Pria ini hanya bisa memasak bubur polos. Namun semangkukbubur polos ini, ternyata telah memberi gizi kepada si wanita hingga airmukanya merah, cantik bagaikan bunga..
Suatu hari, pabrik mengalami kerugian dan si pria terkena PHK. Akan tetapi bagi mereka kehidupan ini masih harus dilanjutkan.
Pria ini mengeluarkan uang tabungannya yang sangat sedikit sedangkan istrinya menjual cincin emas warisan ibunya. Mengumpulkan uang membuka satu toko kelontong. Satu mangkuk, satu buah sapu, satu teko air. Keuntungannya tidaklah banyak. Tetapi si pria ini mengerjakan dengan sepenuh hati. Setelah si wanita pulang dari kantor,juga membantu mengurusi toko. Ketika tidak ada pembeli, pria dan wanita ini duduk diantara setumpuk mangkuk, kuali, gayung serta ember, dengan bahagiamereka berandai-andai tentang masa depan.
Si pria berkata:"Setelah ada duit, toko cabang akan saya buka dimana-mana.?Istrinya menyahut,?Waktu itu saya juga tidak perlu kerja lagi, setiap hari di rumah membuat beraneka ragam makanan untukmu.? Pria itu berkata,?Mana perlu dirimu memasak, ingin makan apa, kita langsung pergi ke restoran saja.? Dengan manja istrinya bilang,?Tidak, saya selalu ingin makan masakan bubur polosmu?? Pria ini langsung merangkul pundak si wanita, matanya agak membasah..
Pria ini masih saja setiap hari bangun dari tidur tepat pukul 4.30 subuh,menyulut api memasak bubur. Sambil memasak, memikirkan dalam toko sedang kekurangan barang apa. Kadang kala konsentrasinya terpecah. Buburnya hangus di dasar kuali, kadang pula jika ia terlalu lelah dan mengantuk,buburnya meluber keluar dari kuali.
Suatu hari istrinya bangun pagi hari. Buburdiatas kompor sedang mendidih mengeluarkan buih ombak. Sedangkan suaminya tidur terlelap dengan kepala di topangkan di atas lutut. Dengan perlahan dan hati-hati si istri memeluk kepala suaminya, hatinya merasa sakit bagaikan ditarik-tarik.
Sejak saat itu, wanita ini menolak dengan tegas jika suaminya ingin memasakkan bubur untuk dirinya. Karena ia melihat si suami sungguh terlalu lelah.
Perdagangan si pria kian hari kian lancar, sampai pada tahun ke tujuh,supermarket cabangnya sungguh telah buka dimana-mana. Si wanita sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.Mereka telah membeli sebuah rumah besar, dapurnya dilengkapi dengan sangat indah dan unik, yang kurang hanya bau asap api. Karena waktu untuk pulang makan si pria ini, semakin lama semakin sedikit. Dia selalu sibuk,terlalu banyak jamuan makan malam, kadang dalam satu malam ia harus menghadiri empat jamuan makan malam.. Mula-mula wanita ini menggerutu, tapi si pria bilang,"Bukankah semua ini demi keluarga? Bukankah semua ini agar kamu bisa hidup lebih nyaman?? Akhir-nya si wanita capai sendiri, lambat laun juga sudah terbiasa.
Wanita ini sudah sangat lama sekali tidak pernah makan bubur polos.
Suatu hari, mendadak pria ini diberitahu agar menghadiri pemakaman dari seorang temannya. Dia heran, mengapa beberapa hari lalu temannya ini masihbaik-baik saja, hari ini orangnya telah tiada? Di dalam rumah duka, dia melihat istri temannya ini. Yang dulunya sangat cantik dan anggun, dalam semalam menjadi pucat, lesu dan tua. Dia menangis tersedu-sedu. Dalam mulutnya menggumamkan kata-kata:"Siapa yang akanmengantarku kerja dan menjemputku pulang kerja? Siapa yang akan menalikan sepatu untukku ??
Si pria itu merasa sesak nafasnya, terpikirkan akan istrinya. Sekilas terkenang kebiasaannya dulu di pagi hari, memasakkan bubur untuk istrinya,terpikir juga olehnya ketika istrinya menerima semangkuk bubur polos itu,matanya memancarkan sinar kebahagiaan dan kepuasan.
Si pria ini bergegas pulang ke rumah. Membuka pintu, melihat istrinya yang sedang meringkuk tidur di atas sofa. Televisi masih menyala, home theater juga masih menyala. Di atas meja ruang tamu berserakan penuh dengan berbagai jenis majalah mode. Pria ini berlutut di depan sofa, tangannya dengan perlahan membelai rambut wanita ini. Air muka wanita ini suram, di dalam kerutan-kerutan halus, wajahnya telah tertulis penuh kehampaan.
Dia mengambil selimut untuk menyelimuti wanita ini. Mendadak wanita ini terjaga dari tidurnya. Melihat si pria, wanita ini mengusap-usap matanya.Setelah memastikan itu adalah suaminya, raut wajahnya segera memerah.Wanita ini bergegas untuk berdiri. "Kamu mungkin belum makan, akan saya buatkan?.?Si pria tiba-tiba memeluknya dari belakang,?Tidak, biarkan saya yang memasakkanmu bubur polos.? Hampir setengah hari wanita ini tidak mengeluarkan sepatah kata. Ada tetesan air mata hangat, yang menetes ditangan suaminya.
Hari itu, si pria sambil memasak bubur, dia berpikir,"Sebenarnya beraneka macam variasi produk bubur, tidak bisa me-ninggalkan bubur polos sebagai dasarnya. Dan segala kebahagiaan yang ada hanyalah di dasari oleh bubur polos, selain itu hanyalah sebagai penyedap..

Kisah Racun yang mematikan

Dahulu kala dinegeri Cina adalah seorang gadis bernama Li-li.Ia baru menikah dan tinggal di rumah mertuanya.
Dalam waktu singkat ia tahu bahwa ia sangat tidak cocok tinggal serumah bersama ibu mertuanya,karakter mereka sangat jauh berbeda. Dan Li-li sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.Hari berganti hari,bulan berganti bulan Li-li dan ibu mertuanya tidak pernah berhenti berdebat dan bertengkar.Yang paling Li-li kesal adalah adat kuno Cina yang mengharuskan ia harus selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati segala kemauannya.Semua kemarahan dan ketidak bahagiaan didalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-li yang berjiwa sederhana.
Akhirnya Li-li merasa tidak tahan lagi terhadap sifat buruk dan kelakuan ibu mertuanya dan ia benar-benar bertekad untuk melaukan sesuatu.Li-li menjumpai seorang teman ayahnya seorang sinshe yang bernama Wang yang mempunyai Toko Obat Cina.Ia menceritakan semua situasinya dan minta dibuatkan ramuan racun yang kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya.Sinshe Wang berpikir keras sejenak lalu ia berkata:"Li-li,saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu tapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan."Baik,saya akan mengikuti apa yang bapak katakan"Sinshe Wang masuk kedalam dan tak lama ia kembali dengan menggenggam sebungkus ramuan."Kamu tidak bisa memakai racun yang keras yang mematikan seketika untuk menyingkirkan mertuamu karena hal itu akan membuat semua orang curiga.
Oleh karena itu saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun ditubuhnya."Sinshe Wang melanjutkan,"Setiap hari,sediakan makanan yang enak-enak dan masukan sedikit ramuan obat ini kedalamnya, lalu supaya tidak ada yang curiga saat ia akan mati,kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya,jangan berdebat dengannya,taati semua kehendaknya dan perlakuan dia seperti seorang ratu."Li-li sangat senang. Ia berterimakasih kepada Sinshe Wang dan buru-buru pulang kerumah untuk melaksanakan niatnya membunuh sang ibu mertua.Mingu demi mingu bulan demi bula berganti,setiap hari li-li melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak yang sudah "dibumbuinya".Ia mengingat pesan sinshe Wang tenteang mencegah kecurigaan,maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya,mentaati perintah ibu mertuanya dan memperlakukannya seperti ibu kandungnya sendiri.Setelah enam bulan berlalu,suasana di dalam rumah berubah drastis. Li-li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak lagi sering marah-marah atau kesal.Ia tidak pernah lagi berdebat dengan ibu mertuanya.Selama enam bulan terakhir ia mendapatkan ibu mertuanya kini lebih ramah padanya.Sikap sang ibu mertua terhadap Li-li telah berubah dan mulai mencintai Li-li seperti puterinya sendiri.
Ia terus menceritakan kepada kawan-kawannya dan sanak familinya bahwa Li-li adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh.Li-li dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti layaknya seorang ibu dan anak sesungguhnya.Suami Li-li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi.Suatu hari Li-li pergi menjumpai sinshe Wang dan meminta bantuannya sekali lagi.Ia berkata,"Pak Wang,tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya janagn sampai membunuhnya!"ia telah berubah menjadi seorang ibu yang begitu baik sehingga saya sangat mencintainya seperti ibu saya sendiri.Saya tidak mau ia mati karena racun yang saya berikan padanya.."Sinshe Wang tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya:"Li-li,tidak ada yang perlu kamu khawatirkan.Saya tidak pernah memberi kamu racun.
Ramuan yang saya berikan kepadamu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau.Satu-satunya racun yang ada adalah yang terdapat didalam pikiranmu sendiri dan disalam sikapmu terhadapnya..""Tetapi semuanya telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya.."

==========Sadarkah anda bahwa sebagaimana anda memperlakukan orang lain maka demikianlah persis bagaimana mereka akan memperlakukan anda?
Ada pepatah Cina kuno berkata :"Orang yang mencintai orang lain akan dicintai juga sebagai balasannya."

Kisah Musim Dingin


Kisah di musim dingin ( true story, seperti temuat dalam Xia Wen Pao,2007 )

Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang putri kecil berumur 7 tahun,Lie Mei. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua. Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecillain.
Suatu ketika dimusim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat. Dia berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena dia akan membeli keranjang kue yang baru.
Pulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan menemukan pintu rumah tidakterkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah. Marahlah Siu Lan.Putrinyabenar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu rumah seperti pesannya.
Siu Lan menyusun kue kedalam keranjang, dan pergi keluar rumah untukmenjajakannya. Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnyauntuk menjual kue. Bagaimana lagi ? Mereka harus dapat uang untuk makan.
Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dariluar agar Lie Mei tidak bisa pulang. Putri kecil itu harus diberi pelajaran,pikirnya geram. Lie Mei sudah berani kurang ajar.
Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itutergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera, Siu Lanmembopong Lie Mei masuk ke rumah.
Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei. Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei.Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia membukanya. Isinya sebungkus kecil biskuit yang dibungkus kertas usang. Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan namun tetap terbaca *,"Hi..hi..hi. . mama pasti lupa. Ini hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli biskuit ukuran besar. Hi…hi…hi.. mama selamat ulangtahun."*

Push Up yang sangat berarti

Ada seorang Profesor mata kuliah Religi yang bernama Dr.Christianson yang mengajar di sebuah perguruan tinggi kecil di bagian barat Amerika Serikat.
Dr. Christianson mengajar ke-Kristenan di perguruan tinggi ini dan setiap siswa semester pertama diwajibkan untuk mengikuti kelas ini. Sekalipun Dr. Christianson berusaha keras menyampaikan intisari Injil kepada kelasnya, ia menemukan bahwa kebanyakan siswanya memandang materi yang diajarnya sebagai suatu kegiatan yang membosankan. Meskipun ia sudah berusaha sebaik mungkin, kebanyakan siswa menolak untuk menanggapi Kekristenan secara serius.
Tahun ini, Dr. Christianson mempunyai seorang siswa yang spesial yang bernama, Steve. Steve belajar dengan tujuan untuk melanjutkan studinya ke seminari dan mau masuk ke dalam pelayanan. Steve seorang yang popular, ia disukai banyak orang, dan seorang atlet yang memiliki fisik yang prima dan ia merupakan siswa terbaik di kelas professor itu.
Suatu hari, Dr Christanson meminta Steve untuk tidak langsung pulang setelah kuliah karena ia mau berbicara kepadanya. 'Berapa push up yang bisa kamu lakukan?' Steve menjawab, 'Saya melakukan sekitar 200 setiap malam.' '200? Lumayan itu, Steve,' Dr. Christianson melanjutkan. 'Apakah kamu dapat melakukan 300?' Steve menjawab, 'Saya tidak tahu. Saya tidak pernah melakukan 300 sekaligus.' 'Apakah kamu pikir kamu dapat melakukannya? ' tanya Dr.Christianson.
'Ok, saya bisa coba,' jawab Steve.
'Saya mempunyai satu proyek di kelas dan saya memerlukan kamu untuk melakukan 10 push up setiap kali, tapi sebanyak 30 kali, jadi totalnya 300. Dapatkah kamu melakukannya? ' tanya sang profesor. Steve menjawab, 'Baiklah, saya pikir saya bisa. Ok, saya akan melakukannya. ' Dr Christianson berkata, 'Bagus sekali! Saya memerlukan Anda untuk melakukannya Jumat ini.' Dr Christianson menjelaskan kepada Steve apa yang ia rencanakan untuk kelas mereka pada Jumat itu.
Pada hari Jumat, Steve datang awal ke kelas dan duduk di bagian depan kelas. Saat kelas bermula, sang profesor mengeluarkan satu kotak besar donut. Bukan donut yang biasa tetapi yang besar dan yang punya krim di tengah-tengah. Setiap orang sangat bersemangat karena kelas itu merupakan kelas terakhir pada hari itu dan mereka bisa menikmati akhir pekan mereka setelah pesta di kelas Dr Christianson.
Dr. Christianson pergi ke baris pertama dan bertanya, 'Cynthia, apakah kamu mau salah satu dari donut ini?' Cynthia menjawab, 'Ya'. Dr. Christianson lalu berpaling kepada Steve, 'Steve, apakah kamu mau melakukan 10 push up agar Cynthia bisa mendapatkan donut ini?' 'Tentu saja!' Steve lalu melompat ke lantai dan dengan cepat melakukan 10 push up. Lalu Steve kembali ke tempat duduknya. Dr.Christianson meletakkan satu donut di meja Cynthia.
Dr. Christianson lalu pergi siswa selanjutnya, dan bertanya, 'Joe, apakah kamu mau suatu donut?' Joe berkata, 'Ya.' Dr. Christianson bertanya, 'Steve, maukah kamu melakukan 10 push up supaya Joe bisa mendapatkan donutnya?'
Steve melakukan 10 push up, dan Joe mendapatkan donutnya. Begitulah selanjutnya, di baris yang pertama. Steve melakukan 10 push up untuk setiap orang sebelum mereka mendapatkan donut mereka. Di baris yang kedua, Dr. Christianson berhadapan dengan Scott. Scott seorang pemain basket, dan fisiknya sekuat Steve. Ia juga seorang yang sangat popular dan punya banyak teman wanita.
Saat profesor bertanya, 'Scott apakah kamu mau donut?' Jawaban Scott adalah, 'Baiklah, bisakah saya melakukan push up saya sendiri?' Dr. Christianson berkata, 'Tidak, Steve harus melakukannya. ' Lalu Scott berkata, 'Kalau begitu, saya tidak mau donutnya.' Dr. Christianson mengangkat bahunya dan berpaling kepada Steve dan meminta, 'Steve, apakah kamu mau melakukan 10 push up agar Scott bisa mendapatkan donut yang tidak ia kehendaki?' Dengan ketaatan yang sempurna Steven mulai melakukan 10 push up. Scott berteriak, 'HEI! Saya sudah berkata, saya tidak menginginkannya! ' Dr Christianson berkata, 'Lihat di sini! Ini kelas saya dan semuanya ini donut saya. Biarkan saja di atas meja jika kamu tidak menginginkannya. ' Ia lalu menempatkan satu donut di atas meja Scott.
Di waktu ini, Steve sudah mulai melakukan push up dengan agak perlahan. Ia hanya duduk di lantai saja karena terlalu capek untuk kembali ke tempat duduknya. Ia mulai berkeringat. Dr. Christianson mulai di baris ketiga. Para siswa sudah mulai merasa marah. Dr Christianson bertanya kepada Jenny, 'Jenny, apakah kamu mengingikan donut ini?' Dengan tegas Jenny menjawab, 'Tidak.' Lalu Dr. Christianson bertanya Steve, 'Steve, maukah kamu melakukan 10 push up lagi agar Jenny bisa mendapatkan donut yang tidak ia mau?'
Steve melakukan 10 push up dan Jenny mendapatkan satu donut. Ruang sudah mulai dipenuhi oleh rasa tidak nyaman. Para siswa sudah mulai berkata,'Tidak! ' dan semua donut dibiarkan di atas meja tanpa ada yang memakannya. Steve sudah kelelahan dan harus berusaha keras untuk tetap terus melakukan push up untuk setiap donut itu. Lantai tempat ia melakukan push up sudah dibasahi keringatnya dan lengannya sudah mulai kemerahan.Dr Christianson bertanya kepada Robert, seorang ateis yang paling lantang suaranya kalau berdebat di kelas, apakah ia mau membantu untuk memastikan bahwa Steve tidak curang dan tetap melakukan 10 push up untuk setiap donut karena dia sendiri sudah tidak sanggup melihat Steve melakukan push upnya.
Dr. Christianson sudah sampai ke baris ke-empat sekarang. Dan beberapa siswa dari kelas yang lain yang sudah bergabung di kelas itu dan mereka duduk di tangga. Saat profesor menghitung kembali, ternyata ada 34 siswa sekarang di kelas. Ia mulai khawatir apakah Steve dapat melakukannya. Dr. Christianson melanjutkan dari satu siswa ke siswa yang selanjutnya sampai ke akhir baris itu. Dan Steve sudah mulai bergumul. Ia membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan push up-nya. Steve bertanya kepada Dr. Christianson, 'Apakah hidung saya harus menyentuh lantai untuk setiap push up yang saya lakukan?' Dr.Christianson berpikir sejenak dan berkata, 'Semuanya ini push up kamu. Kamu yang pegang kendali. Kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau.' Dan Dr. Christianson melanjutkan ke siswa yang selanjutnya.
Beberapa saat kemudian, Jason , seorang siswa dari kelas lain dengan santai mau masuk ke kelas, dan sebelum ia melangkahi masuk, seluruh kelas berteriak serentak, 'JANGAN! Jangan masuk! Kamu berdiri di luar saja!' Jason kaget karena ia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Steve mengangkat kepalanya dan berkata, 'Tidak, biarkan dia masuk.'
Professor Christianson berkata, 'Kamu sadar bahwa jika Jason masuk, kamu harus melakukan 10 push up untuk dia?'
Steve berkata, 'Ya, biarkan dia masuk. Berikan donut kepadanya.' Dr.Christianson berkata, 'Ok Steve. Jason , kamu mau donut?' Jason yang baru masuk ke kelas dan tidak tahu apa-apa menjawab, 'Ya, tentu saja, berikan saya donut.'
Steve melakukan 10 push up dengan sangat perlahan dan bersusah payah. Jason yang kebingungan diberikan satu donut. Dr. Christianson sudah selesai dengan baris ke-empat dan mulai ke tempat siswa-siswa dari kelas lain yang duduk di tangga.
Tangan Steve sudah mulai gemetaran dan ia harus bergumul untuk mengangkat dirinya melawan tarikan gravitas. Di waktu ini, keringatnya bercucuran, dan tidak kedengaran apa-apa kecuali bunyi nafasnya yang kencang. Mata setiap orang di kelas itu mulai basah. Dua siswa terakhir adalah dua siswa perempuan yang sangat popular, Linda dan Susan.
Dr. Christianson pergi ke Linda , ' Linda , apakah kamu mau donut?' Linda dengan sedih berkata, 'Tidak, terima kasih'
Professor Christianson dengan perlahan bertanya, 'Steve, maukah kamu melakukan 10 push up supaya Linda bisa mendapatkan donut yang tidak ia mau?' Dengan pergumulan yang berat, Steve dengan perlahan melakukan push-up untuk Linda . Lalu Dr Christianson berpaling kepada siswa yang terakhir,Susan. 'Susan, kamu mau donut ini?' Susan dengan air mata yang berlinangan di pipinya mulai menangis. 'Dr Christianson, mengapa saya tidak boleh membantunya? '
Dr. Christianson, dengan mata yang berkaca-kaca berkata, 'Tidak, Steve harus melakukannya sendiri; saya telah memberinya tugas itu dan ia bertanggungjawab untuk memastikan setiap orang mempunyai kesempatan untuk mendapat donut itu, tidak kira apakah mereka menginginkannya atau tidak. Hanya Steve seorang saja yang mempunyai nilai yang sempurna. Setiap orang telah gagal dalam ujian mereka, mereka entah bolos kelas atau memberikan saya tugas yang di bawah standar. Steve memberitahu saya di latihan football, saat seorang pemain buat salah, ia harus buat push up. Saya memberitahu Steve bahwa tidak seorang pun dari kalian yang boleh datang ke pesta saya melainkan ia membayar harga dengan melakukan push up bagi kalian. Steve dan saya telah membuat perjanjian demi kalian semua.'
'Steve, maukah kamu membuat 10 push up supaya Susan bisa mendapatkan donut?' Steve dengan sangat perlahan melakukan 10 push up yang terakhirnya. Ia tahu ia sudah menyelesaikan semua yang harus dia lakukan. Secara total, Steve telah melakukan 350 push up, tangannya tidak tahan lagi dan ia jatuh tersungkur ke lantai. Dr. Christianson lalu berpaling ke kelas dan berkata, 'Dan, demikianlah, Juru Selamat kita, Yesus Kristus, di atas kayu salib, ia telah melakukan semua yang dibutuhkan olehnya. Ia menyerahkan semuanya. Dan seperti mereka yang ada di ruangan ini, banyak di antara kita yang membiarkan hadiah itu begitu saja di atas meja, sama sekali tidak kita jamah.'
Dua siswa mengangkat Steve dari lantai untuk duduk di kursi, walaupun sangat lelah secara fisik, Steve tersenyum bahagia. 'Engkau sudah berbuat dengan baik, hambaku yang baik dan setia,' kata professor dan ia menambahkan, 'Tidak semua khotbah disampaikan dengan kata-kata.' Berpaling kepada kelas, profesor berkata, 'Harapan saya adalah kalian dapat memahami dan sepenuhnya mengerti akan semua kekayaan kasih karunia dan rahmat yang telah diberikan kepada kalian lewat pengorbanan Yesus Kristus. Allah tidak menyayangkan putra satu-satu-Nya, tetapi menyerahkan dia untuk kita semua. Apakah kita memilih untuk menerima menolak karunia-Nya, harganya sudah lunas dibayar.'
'Apakah kita akan menjadi orang yang bodoh dan yang tidak bersyukur dengan meninggalkan hadiah itu di atas meja?'

Dua Orang Negro

Dua negro dalam Lift Baru-baru ini di Atlantic City - AS,
seorang wanita memenangkan sekeranjangkoin dari mesin judi. Kemudian ia bermaksud makan malam bersamasuaminya. Namun, sebelum itu ia hendak menurunkan sekeranjang koin tersebut di kamarnya.
Maka ia pun menuju lift. Waktu ia masuk lift sudah ada 2 orang hitam di dalamnya. Salah satunya sangat besar . . . Besaaaarrrr sekali. Wanita itu terpana.
Ia berpikir, "Dua orang ini akan merampokku."
Tapi pikirnya lagi, "Jangan menuduh, mereka sepertinya baik dan ramah."
Tapi rasa rasialnya lebih besar sehingga ketakutan mulai menjalarinya. Ia berdiri sambil memelototi kedua orang tersebut. Dia sangat ketakutan dan malu. Ia berharap keduanya tidak dapat membaca pikirannya, tapi Tuhan,mereka harus tahu yang saya pikirkan!
Untuk menghindari kontak mata, ia berbalik menghadap pintu lift yang mulai tertutup. Sedetik . . . duadetik . . . dan seterusnya.Ketakutannya bertambah! Lift tidakbergerak! Ia makin panik! Ya Tuhan, saya terperangkap dan mereka akan merampok saya. Jantungnya berdebar,keringat dingin mulai bercucuran.
Lalu, salah satu dari mereka berkata, "Hit the floor" (TekanLantainya). Saking paniknya, wanitaitu tiarap di lantai lift dan membuat koin berhamburan dari keranjangnya.Dia berdoa, ambillah uang saya dan biarkanlah saya hidup.
Beberapa detik berlalu. Kemudian dia mendengar salah seorang berkata dengan sopan, "Bu, kalau Anda mau mengatakan lantai berapa yang Anda tuju, kami akan menekan tombolnya." Pria tersebut agak sulit untuk mengucapkan kata-katanya karena menahan diri untuk tertawa.Wanita itu mengangkat kepalanya dan melihat kedua orang tersebut.Merekapun menolong wanita tersebut berdiri.
"Tadi saya menyuruh teman saya untuk menekan tombol lift dan bukannya menyuruh Anda untuk tiarap dilantai lift," kata seorang yang bertubuh sedang.
Ia merapatkan bibirnya berusaha untuk tidak tertawa. Wanita ituberpikir , "Ya Tuhan, betapa malunya saya. Bagaimana saya harus meminta maaf kepada mereka karena saya menyangka mereka akan merampokku."
Mereka bertiga mengumpulkan kembali koin-koin itu ke dalam keranjangnya.Ketika lift tiba di lantai yang dituju wanita itu, mereka berniat untuk mengantar wanita itu ke kamarnya karena mereka khawatir wanita itu tidak kuat berjalan di sepanjang koridor. Sesampainya di depan pintu kamar, kedua pria itu mengucapkan selamat malam, dan wanita itu mendengar kedua pria itu tertawa sepuas-puasnya sepanjang jalan kembali ke lift.
Wanita itu kemudian berdandan dan menemui suaminya untuk makan malam.Esok paginya bunga mawar dikirim kekamar wanita itu, dan di setiap kuntum bunga mawar tersebut terdapat lipatan uang sepuluh dolar.
Pada kartunya tertulis: "Terima kasih atas tawa terbaik yang pernah kita lakukan selama ini."Tertanda:
> Eddie Murphy
> Michael Jordan (Eddie Murphy adalah bintang film Holywood, dan Michael Jordan adalah bintang basket NBA)
* * * *Sikap hidup kita sangatlah menentukan kehidupan kita. Sikap yang positif dalam menanggapi persoalan hidup akan sangat berpengaruh bagi kebahagiaan kita. Pikiran yang negatif akan membawa kita terperosok jatuh semakin dalam karena kita melihat segala sesuatu adalah penderitaan.Namun, pikiran yang positif membawa kita kepada hal-hal yang positif pula.Positif dalam menghadapi kehidupan yang serba ini, positif dalam sikap kita kepada sesama, positif merencanakan hari esok dan positif juga terhadap diri sendiri. Tuhan menciptakan kita luar biasa. Bersama Tuhan kita sanggup melakukan perkara-perkara besar.

Rabu, 18 Juni 2008

Sebuah Pelajaran yang Berarti


Sebuah Pelajaran Untuk Disampaikan

Namanya Ny. Thompson. Ia berdiri di depan ruang kelas 5 pada hari pertama tahun pengajaran, dan berbohong kepada murid-muridnya. Seperti kebanyakan pengajar, ia memandang ke seluruh murid dan berkata bahwa ia memperhatikan seluruh murid dengan adil. Tetapi hal itu tidak mungkin, karena di barisan depan, ada seorang anak yang duduk dengan menggelesot namanya Teddy Stoddard.

Ny. Thompson sudah mengawasi Teddy setahun sebelumnya dan ia memperhatikan bahwa dia tidak bisa bermain dengan baik dengan anak-anak yang lain karena bajunya morat marit dan terlihat selalu perlu untuk dimandikan. Dan Teddy bisa jadi tidak suka. Itu semua mendapat penilaian, dimana Ny.Thompson kenyataannya akan memberikan tanda khusus di laporan Teddy dengan tinta merah besar, membuat X tebal dan memberi tanda F besar di atas kertas laporan Teddy.

Di sekolah tempat Ny.Thompson mengajar, ia diminta untuk melihat ulang catatan murid-muridnya di tahun sebelumnya, dan ia membiarkan cacatan Teddy di giliran terakhir. Saat membaca catatan Teddy ia terkejut.

Guru kelas satu Teddy menulis,Teddy adalah anak yang cemerlang dan ceria. Ia mengerjakan perkerjaannya dengan rapi dan memiliki hal-hal yang baik. Ia membawa kegembiraan bagi sekitarnya.

Guru kelas duanya menulis, Teddy adalah murid yang sempurna, sangat disukai oleh seluruh temannya, tetapi ia terganggu karena ibunya sakit stroke dan untuk tinggal di rumah adalah suatu perjuangan bagi Teddy.

Guru kelas tiganya menulis, Ia mendengar kematian ibunya. Ia berusaha untuk melakukan yang terbaik, tetapi ayahnya tidak menunjukkan ketertarikannya dan kehidupan di rumah akan segera mempengaruhinya jika tidak ada langkah-langkah yang dilakukan.

Guru kelas empat Teddy menulis, Teddy menjadi mundur dan tidak tertarik ke sekolah. Ia tidak punya banyak teman dan terkadang tertidur di kelas.

Setelah itu, Ny. Thompson menyadari masalahnya dan dia malu terhadap dirinya sendiri. Ia merasa tidak enak ketika murid-muridnya membawa hadiah natal, dibungkus dengan pita-pita yang indah dan kertas yang menyala, kecuali pemberian Teddy.

Hadiah dari Teddy kumal bentuknya dan dibungkus dengan kertas coklat yang diambil dari tas belanja. Ny.Thompson dengan terharu membuka kado Tedy ditengah-tengah kado yang lain. Anak-anak mulai tertawa saat ia menemukan gelang batu dimana beberapa batunya hilang, dan sebuah botol yang berisi parfum setengahnya.Tetapi ia menyuruh murid-muridnya diam dan menyatakan bahwa gelang pemberian Teddy sangat indah, serta mengoleskan parfum di pergelangan tangannya. Setelah sekolah usai, Teddy Stoddard tetap tinggal, menunggu cukup lama untuk mengatakan, Ny. Thompson, hari ini bau wangi anda seperti ibu saya.

Setelah murid-muridnya pergi, Ny.Thompson menangis hampir selama satu jam. Hari berikutnya Ny.Thompson berhenti untuk mengajar membaca, menulis dan aritmatika. Sebagai gantinya ia mulai mengajar anak didiknya.Ny. Thompson memberi perhatian khusus kapada Teddy. Selama bekerja dengannya, pikiran Teddy mulai hidup. Semakin ia mendorong Teddy, semakin cepat Teddy memberikan tanggapan.Di akhir tahun, Teddy menjadi anak terpandai di kelas, akan tetapi Ny. Thompson jadi berbohong dengan mengatakan bahwa ia akan memperhatikan murid-muridnya secara adil, karena Teddy telah menjadi murid kesayangannya.

Satu tahun berlalu, Ny. Thompson menemukan sebuah surat dibawah pintu, dari Teddy, yang mengatakan bahwa ia adalah guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Enam tahun berlalu sebelum ia menerima surat yang lain dari Teddy. Ia menulis sudah menamatkan SMU, ranking tiga di kelas, dan Ny.Thompson tetap guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Empat tahun berikutnya, ia menerima surat yang lain, mengatakan bahwa saat orang memikirkan banyak hal, ia tetap tinggal di sekolah dan mempertahankannya, dan segera lulus dari akademi dengan penghargaan tertinggi. Dia meyakinkan Ny. Thompson, bahwa dia tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Kemudian empat tahun berlalu dan surat yang lain datang lagi.Saat ini dia menjelaskan setelah menyelesaikan gelar sarjananya, dia memutuskan untuk melanjutkan sedikit lagi. Surat itu menjelaskan bahwa Ny. Thompson tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Tetapi namanya telah sedikit lebih panjang surat ditandatangani oleh Theodore F. Stoddard, MD.

Kisahnya tidak berakhir disini. Masih ada surat lagi pada musin semi itu. Teddy berkata bahwa ia bertemu dengan seorang gadis dan merencanakan untuk menikah. Ia mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan dia berharap Ny. Thompson bersedia duduk di kursi yang biasanya disediakan untuk ibu pengantin. Tentu saja Ny. Thompson bersedia.

Dan coba tebak apa berikutnya? Ny. Thompson mengenakan gelang batu dimana beberapa batunya telah hilang. Dan ia memastikan memakai parfum yang diingat Teddy dipakai ibunya pada Natal sebelumnya bersama-sama. Mereka berpelukan, dan Dr. Stoddard berbisik di telinga Ny. Thompson, Terima kasih Ny. Thompson, anda mempercayai saya. Terima kasih karena sudah membuat saya merasa begitu penting dan memperlihatkan bahwa saya dapat membuat perubahan. Ny. Thompson dengan air mata berlinang, balik berbisik. Ia berkata,Teddy, semua yang kamu katakan keliru. Kamu adalah orang yang telah mengajari bahwa aku dapat membuat perubahan. Aku sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana caranya mengajar sampai bertemu denganmu.

=======================

Hangatkan hati seseorang hari ini. Tolong ingatlah bahwa kemana pun kamu pergi, apa pun yang kamu lakukan, kamu akan punya kesempatan untuk menyentuh atau merubah diri seseorang.Cobalah lakukan hal itu dengan cara yang positif. Teman adalah malaikat yang mengangkat kita ke atas kaki kita, saat sayap kita bermasalah untuk mengingat bagaimana caranya terbang.

Jumat, 13 Juni 2008

Racun yang Mematikan


Dahulu kala dinegeri Cina adalah seorang gadis bernama Li-li.

Ia baru menikah dan tinggal di rumah mertuanya.

Dalam waktu singkat ia tahu bahwa ia sangat tidak cocok tinggal serumah bersama ibu mertuanya, karakter mereka sangat jauh berbeda. Dan Li-li sangat tidak menyukai kebiasaan ibu mertuanya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan Li-li dan ibu mertuanya tidak pernah berhenti berdebat dan bertengkar. Yang paling Li-li kesal adalah adat kuno Cina yang mengharuskan ia harus selalu menundukkan kepala untuk menghormati mertuanya dan mentaati segala kemauannya. Semua kemarahan dan ketidak bahagiaan didalam rumah itu menyebabkan kesedihan yang mendalam pada hati suami Li-li yang berjiwa sederhana.

Akhirnya Li-li merasa tidak tahan lagi terhadap sifat buruk dan kelakuan ibu mertuanya dan ia benar-benar bertekad untuk melakukan sesuatu.

Li-li menjumpai seorang teman ayahnya seorang sinshe yang bernama Wang yang mempunyai Toko Obat Cina. Ia menceritakan semua situasinya dan minta dibuatkan ramuan racun yang kuat untuk diberikan kepada ibu mertuanya. Sinshe Wang berpikir keras sejenak lalu ia berkata:"Li-li,saya mau membantu kamu menyelesaikan masalahmu tapi kamu harus mendengarkan saya dan mentaati apa yang saya sarankan."

"Baik,saya akan mengikuti apa yang bapak katakan"

Sinshe Wang masuk kedalam dan tak lama ia kembali dengan menggenggam sebungkus ramuan. "Kamu tidak bisa memakai racun yang keras yang mematikan seketika untuk menyingkirkan mertuamu karena hal itu akan membuat semua orang curiga.Oleh karena itu saya memberi kamu ramuan beberapa jenis tanaman obat yang secara perlahan-lahan akan menjadi racun ditubuhnya."Sinshe Wang melanjutkan,"Setiap hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukan sedikit ramuan obat ini kedalamnya, lalu supaya tidak ada yang curiga saat ia akan mati, kamu harus hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat dengannya, jangan berdebat dengannya, taati semua kehendaknya dan perlakuan dia seperti seorang ratu."

Li-li sangat senang. Ia berterimakasih kepada Sinshe Wang dan buru-buru pulang kerumah untuk melaksanakan niatnya membunuh sang ibu mertua. Minggu demi minggu bulan demi bulan berganti, setiap hari li-li melayani mertuanya dengan makanan yang enak-enak yang sudah "dibumbuinya".

Ia mengingat pesan sinshe Wang tentang mencegah kecurigaan, maka ia mulai belajar untuk mengendalikan amarahnya, mentaati perintah ibu mertuanya dan memperlakukannya seperti ibu kandungnya sendiri.

Setelah enam bulan berlalu, suasana di dalam rumah berubah drastis. Li-li sudah mampu mengendalikan amarahnya sedemikian rupa sehingga ia menemukan dirinya tidak lagi sering marah-marah atau kesal. Ia tidak pernah lagi berdebat dengan ibu mertuanya. Selama enam bulan terakhir ia mendapatkan ibu mertuanya kini lebih ramah padanya. Sikap sang ibu mertua terhadap Li-li telah berubah dan mulai mencintai Li-li seperti puterinya sendiri. Ia terus menceritakan kepada kawan-kawannya dan sanak familinya bahwa Li-li adalah menantu yang paling baik yang ia peroleh. Li-li dan ibu mertuanya saling memperlakukan satu sama lain seperti layaknya seorang ibu dan anak sesungguhnya. Suami Li-li sangat bahagia menyaksikan semua yang terjadi.

Suatu hari Li-li pergi menjumpai sinshe Wang dan meminta bantuannya sekali lagi.Ia berkata,"Pak Wang, tolong saya untuk mencegah supaya racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya janagn sampai membunuhnya!"ia telah berubah menjadi seorang ibu yang begitu baik sehingga saya sangat mencintainya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak mau ia mati karena racun yang saya berikan padanya.."

Sinshe Wang tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya:"Li-li,tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Saya tidak pernah memberi kamu racun. Ramuan yang saya berikan kepadamu hanyalah ramuan penguat badan untuk menjaga kesehatan beliau. Satu-satunya racun yang ada adalah yang terdapat didalam pikiranmu sendiri dan didalam sikapmu terhadapnya.."

"Tetapi semuanya telah disapu bersih dengan cinta yang kamu berikan kepadanya.."

===========================

Sadarkah anda bahwa sebagaimana anda memperlakukan orang lain maka demikianlah persis bagaimana mereka akan memperlakukan anda?


Ada pepatah Cina kuno berkata :"Orang yang mencintai orang lain akan dicintai juga sebagai balasannya."

Jumat, 06 Juni 2008

Catatan Harian Seorang Pramugari

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yangmembuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya.
Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking, penumpang sangat penuh pada hari ini.Diantara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri dipintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang ditempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya. Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat.Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang disebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh dimeja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah,kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan dipinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir.
Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan dipinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik,putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah ditingkat tiga di Peking. anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal dikota akhirnya pindah kembali ke desa,sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya diPeking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknyabersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya,ketika melewati pemeriksaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh ditempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk,akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar,saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya dikantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa dimata seorang desa menjadi begitu berharga.Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami,mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.
Selama 5tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.
Bersyukurlah senantiasa atas apa yang kamu dapat hari ini. Karena Tuhan membuat apa yang ada pada hari ini demikian indahnya untuk bisa kita nikmati dan syukuri. God bless

Kamis, 21 Februari 2008

Botol Acar

Sejauh sepengingatanku, botol acar terletak di lantai bersebelahan dengan lemari pakaian di kamar tidur orang tuaku. Apabila papa hendak tidur, dia akan mengosongkan isi kantongnya dan menjatuhkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Ketika koin-koin itu jatuh ke dalam botol yang masih kosong, mereka akan berbunyi sangat nyaring. Kemudian bunyinya perlahan akan melemah ketika botol telah terisi. Aku selalu jongkok di lantai di depan botol acar itu dan mengagumi bulatan tembaga dan perak yang berkilauan ketika matahari masuk melalui jendela seperti sebuah harta karun. Pada saat botol itu sudah terisi penuh, papa akan duduk di meja dapur dan memutar koin-koin itu sebelum dibawa ke bank.
Membawa koin ke bank selalu merupakan pekerjaan besar. Tertumpuk rapi di sebuah kotak kecil, uang-uang itu diletakkan diantara kursi papa dan kursiku di truk tuanya.
Setiap saat selama kami menuju ke bank, papa akan memandang penuh harap kepadaku. "Koin-koin itu akan membawamu jauh dari pabrik textile ini, Nak. Kamu akan lebih baik dari pada aku. Kota dengan pabrik tua ini tidak akan bisa menahanmu." Dan juga, setiap saat ketika dia membawa kotak yang berisi uang logam tersebut melewati counter menuju teller, dia akan tersenyum dengan bangga.
"Ini adalah uang untuk biaya sekolah anakku. Dia tidak akan mengabdikan hidupnya di pabrik ini seperti aku."
Kamipun selalu merayakan setiap tabungan dengan membeli es krim. Aku selalu membeli rasa coklat dan papa selalu rasa vanilla. Ketika kasir di tempat es krim memberi kembalian kepada papa, dia akan menunjukkan kepadaku koin-koin yang ada di telapak tangannya. "Begitu kita tiba di rumah, kita akan mulai mengisi botol lagi."
Dia selalu membiarkanku menjatuhkan koin pertama kedalam botol yang kosong. Pada saat koin-koin itu bergemerincingan dengan gembiranya di botol, kamipun saling tersenyum. "Kamu akan kuliah dari setiap 1 sen, 5 sen, 10 sen dan 25 sen ini", katanya. "Tapi kamu pasti berkuliah. Saya dapat melihatnya." Tahun-tahun berganti dan aku menyelesaikan kuliah kemudian bekerja di kota lain. Suatu kali, ketika mengunjungi orang tuaku, aku memakai telepon yang ada di kamar mereka dan memperhatikan bahwa botol acar itu sudah tidak ada lagi. Botol itu sudah berubah fungsi ke fungsi dasarnya dan telah dipindahkan. Perasaanku tersumbat pada tenggorokanku pada saat aku melihat tempat kosong di sebelah lemari pakaian, tempat dimana botol acar itu selalu berada.
Papa adalah seorang yang sangat jarang bicara dan tidak pernah mengajariku mengenai harga kebulatan tekad, ketekunan dan keyakinan. Dengan botol acar inilah dia menunjukkan perbuatan-perbuatan baiknya itu, ini lebih berharga dibandingkan kata-kata yang muluk-muluk. Ketika aku menikah, aku menceritakan kepada isteriku mengenai botol acar yang tidak berharga yang mempunyai peranan penting saat aku masih muda. Dalam pikiranku, itu membuktikan lebih dari apapun betapa papa sangat mencintaiku. Tidak peduli bagaimana beratnya keadaan di rumah, papa terus menetapkan hati untuk menjatuhkan koin ke dalam botol. Bahkan ketika papa dipecat dari pabrik dan mama hanya menyajikan biji-bijian yang dikeringkan beberapa hari dalam seminggu, tidak pernah sesen pun diambil dari botol. Sebaliknya, saat papa memandangiku diseberang meja, dia menjadi semakin meyakinkan dirinya untuk menemukan jalan keluar bagiku.
"Ketika kamu sudah lulus kuliah Nak," dia berkata padaku dengan mata yang berkaca-kaca, "Kamu tidak akan pernah makan biji-bijian lagi.. kecuali kalau kamu memang menginginkannya".
Natal pertama setelah anak kami, Jessica lahir, kami menghabiskan liburan bersama orang tuaku. Setelah makan malam, mama dan papa duduk berdampingan di sofa, mengemong cucu pertama mereka. Jessica mulai merengek pelan dan Susan mengambilnya dari tangan papa. "Mungkin popoknya harus diganti." katanya, menggendong Jessica ke kamar orangtuaku untuk mengganti popok. Ketika Susan kembali ke ruang keluarga, ada pandangan aneh di matanya. Dia memberikan Jessica kembali kepada papa sebelum menarik tanganku dan membawaku ke kamar. "Lihat", dia berkata lirih, matanya menuntunku melihat ke lantai di sebelah lemari pakaian. Sangat menakjubkan, disana, seperti tidak pernah dipindahkan, berdiri botol acar tua, di dasarnya sudah dipenuhi dengan koin-koin. Aku mendekati botol acar tersebut, merogoh isi kantongku dan menarik segenggam penuh koin. Dengan penuh perasaan, kujatuhkan koin-koin itu kedalam botol acar.
Aku mengangkat pandangan dan melihat papa menggendong Jessica masuk perlahan ke dalam kamar. Kami beradu pandangan, dan aku tahu dia merasakan perasaan yang sama denganku. Tidak ada satupun dari kami yang mampu bicara. Ini sangat menyentuh hatiku...
Aku tahu ini juga menyentuh hatimu. Terkadang kita terlalu sibuk menambah daftar penderitaan kita sehingga lupa menghitung berkat-berkat kita. Penderitaan selalu membawa kita melihat ke belakang. Kekhawatiran mengintai di sekeliling kita. Iman selalu membawa kita kepada PENGHARAPAN.

Sang Pelindung Sungai




Takhyul adalah cara yang digunakan orang untuk merasionalisasikan hal yang tidak diketahui.


Pada jaman dahulu, orang percaya bahwa segala sesuatu memiliki pelindung. Kepercayaan tersebut sering dimanipulasi oleh orang jahat demi keuntungan mereka sendiri. Peristiwa yang menarik ini terjadi pada masa perang antar negara bagian.


Suatu ketika, seorang walikota yang baru saja dilantik bernama Shiman Bau tiba di kediamannya dan dengan ramah mengundang beberapa sesepuh ke kantornya. Dengan sopan ia meminta saran-saran mereka mengenai urusan-urusan setempat.


"Tuan, ada satu hal yang khususnya merisaukan kami", salah seorang sesepuh berucap dengan penuh kekhawatiran. "Setiap tahun, pemerintah kota mengharuskan kita untuk membayar pajak khusus untuk pernikahan pelindung sungai. Ribuan uang telah terkumpul, namun mereka menggunakan kurang dari 10% dari uang itu untuk praktek yang aneh tersebut. Sisanya dibagi diantara beberapa pejabat dan dukun. Yang lebih buruk lagi,beberapa bulan sebelum upacaranya, mereka menangkap beberapa gadis cantik sebagai "pengantin perempuan" bagi sang pelindung sungai. Pada hari 'pernikahan' itu, para pengantin perempuan yang malang itu didandani dan ditempatkan pada sebuah ranjang kayu di sungai. Mereka tenggelam sampai ke dasar dan tidak pernah muncul lagi. Bukan hanya itu,para dukun tersebut mengancam bahwa jika kita tidak menghormati adat ini,sang pelindung sungai akan marah dan air sungai akan meluap, sehingga banyak orang akan tenggelam dan ladang-ladang akan rusak. Para pejabat setempat berada di pihak para dukun itu, melindungi mereka. Apa yang dapat kita lakukan?".


"Adat yang menarik," kata sang walikota. "Saya terpesona. Saya ingin melihatnya sendiri. Lain kali, tolong saya diberitahu. Saya pribadi akan menghadiri upacara itu".


Para sesepuh itu terkejut. Setelah berbincang-bincang tentang beberapa masalah sepele lainnya yang juga penting, dengan gembira walikota itu mengantar mereka keluar dari kantornya.


Orang-orang tua itu bingung,mereka tidak tahu apakah mereka harus memuji atau mengutuk walikota ini,yang tampak sangat tulus mendengarkan keluhan namun tidak menawarkan jalan keluar, bahkan tidak memberikan ucapan yang menenangkan mereka.Akhirnya mereka setuju bahwa walikota baru ini menginginkan bagian darik euntungan itu dan tidak akan melakukan apa-apa untuk menghentikan adat tersebut.


Beberapa bulan kemudian walikota itu diundang sebagai tamu kehormatan pada festival pelindung sungai. Dengan sukacita ia menerimanya. Ribuan orang yang penasaran berkerumun di tepi sungai. Banyak pejabat pemerintah yang juga hadir.Sambil mengamati seorang dukun wanita berpakaian aneh, yang dikelilingi oleh beberapa asistennya, walikota itu dengan sopan membungkuk ke arahnya dan kemudian secara sambil lalu meneliti para pengantin perempuan yang ketakutan.Setelah inspeksi singkat ia berbalik dan berteriak kepada si dukun dalam nada jijik.


"Apakah kamu gila? Dimana matamu? Tidak bisakah kamu melihat bahwa gadis-gadis ini buruk rupa? Mempersembahkan gadis-gadis desa yang menjijikkan ini akan menjengkelkan pelindung sungai kita yang maha besar! Kita harus menunda upacara ini selama beberapa hari sampai kita dapat menemukan beberapa gadis cantik yang sesuai".


Karena belum pernah mendengar kecaman sekeras ini sebelumnya, semua orang terbengong dan terdiam seribu bahasa. Dengan menatap penuh ancaman, sang walikota meminta kepada dukun itu untuk memberitahu si pelindung sungai mengenai penundaan tersebut.Dengan segera para pengawal walikota menangkap si dukun dan meletakkannya di atas ranjang di sungai itu, yang langsung tenggelam.


Walikota itu menunggu selama beberapa menit, dan kemudian menyatakan"Sungguh seorang wanita yang beruntung! Sang pelindung sungai telah menjamunya dengan baik. Ia pasti mabuk dan kehilangan arahnya. Kita butuh seseorang untuk mencarinya." Ia lalu memerintahkan pengawalnya untuk memilih salah seorang pembantu senior dukun itu dan menceburkannya ke dalam sungai.


Setelah empat perlakuan serupa dilaksanakan, walikota itu menyatakan"Baiklah! Apa maunya mereka ini? Mengapa mereka tidak kembali? Mereka pasti adalah sekelompok pemabuk yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat dipercaya. Mungkin seorang laki-laki dapat melakukan tugas ini dengan lebih baik." Ia kemudian memerintahkan para pelayannya yang berotot untuk melemparkan beberapa pejabat pemerintah kedalam air.Setelah kepala mereka masuk ke dalam air untuk yang terakhir kalinya,walikota itu kembali menatap penuh cela kepada para pejabat lainnya yangterlibat, yang tampak sangat ketakutan sehingga mereka segera berlutut dan memohon ampun.


Sambil tersenyum dingin, ia memeriksa mereka dengan teliti dan dengan tenang meninggalkan tempat itu.


Sejak hari itu, tidak ada seorang pun yang berani menyinggung tentang upacara itu lagi, dan masalah pajak itu dengan sendirinya terlupakan.Para warga setempat bergembira atas sikap cerdik walikota mereka.

Selasa, 29 Januari 2008

Uang Palsu yang menyelamatkan


Sebuah kisah yang amat menggugah hati orang terjadi di propinsi Ciang Si kota Nan Chang.

Pada tahun 1938 bertepatan masa peperangan dimana Presiden Ciang Kai Sek yang saat itu masih menjabat sebagai komandan laskar yang bertempat di Nan Chang.

Saat waktu luang ,banyak tentara pergi berbelanja keperluan sehari-hari.Saat itu mata uang yang digunakan adalah Yen. Kaum wanita yang sudah berusia lanjut dan lemah tampak berjajaran di sepanjang jalan menjual handuk dan kaos kaki bagi keperluan tentara.

Suatu hari, seorang nenek tua menangis terisak-isak di sebuah jalan.Orang yang lewat menanyai sebabnya, rupanya seseorang telah membeli banyak sekali dagangannya dengan uang Yen palsu. Ketika sadar uang itu palsu, si pembeli sudah lenyap entah kemana.

Kebetulan lewat seorang tentara yang baru mendapat gajian dan berbelanja di sekitar jalan itu. Melihat sang nenek sangat sedih, maka dia menghiburnya, "Tak usah sedih Nek,gaji saya cukup. Tukarkan uang palsumu kepada saya sebagai kenang-kenangan. Nah,ini ambillah. Semoga dapat menjadi modal usahamu kelak".

"Mana boleh? Mana mungkin saya menerima sementara anda yang mengorbankan uangmu". Si Nenek terus bersikeras tidak mau menerima tawaran si tentara tapi karena tak tega menolak ketulusannya, akhirnya menerima juga dengan ucapan terima kasih yang mendalam.

Selang beberapa bulan si Tentara berdinas kembali ke kota Nan Chang dan mencari Nenek yang malang itu. Dia berkata bahwa kepingan Yen palsu itu telah menyelamatkan nyawanya.

Ceritanya ketika dia berada di barisan depan dalam medan pertempuran,tiba-tiba sebuah peluru menghantam ke dadanya. Tamat sudah kali ini,pikirnya hingga pingsan karena ketakutan. Tapi begitu mata di buka,sakitnya tidak terasa. Dirabanya bagian dada tapi tak ada darah sedikitpun. Waktu menyentuh kepingan logam yang berada di kantong kirinya ternyata uang Yen palsu itu sudah cekung karena peluru itu.
Rekan seperjuangannya menjadi tak habis berpikir, bagaimana mungkin peristiwa tersebut dapat terjadi. Berita itu meluas keseluruh kota Nan Chang.

~~~

Siapa bilang perbuatan baik dan jahat tiada balasannya? Cuma karena waktu yang belum matang, hingga pembalasan karma belum tampak.
Inilah salah satu kesaksian betapa pentingnya memupuk jasa pahala dan kebajikan.

"Rejeki bersumber dari anugerah Tuhan. Berbuat jasa kebajikan tanpa menuntut pamrih. Manusia bekerja keras, Tuhan yang menentukan segalanya".
Karena itu, menegakkan jasa kebajikan secara samar (tanpa diketahui orang) akan mendatangkan anugerah yang tak disangka.

Demikianlah Hukum Karma itu.

Senin, 28 Januari 2008


Alkisah, seorang kakek di Baghdad pergi ke berbagai negeri mencari kebahagiaan. Di sebuah oase, dia melihat seekor burung pipit yang sangat indah. Dia berhasil menangkapnya. Burung ini ternyata bisa bicara. "Kakek, tolong lepaskan saya, nanti permintaan kakek akan saya penuhi," kata si burung.

"Baik, kalau dapat menjawab pertanyaan saya, kamu saya lepaskan," kata si kakek.
"Di mana, kapan, dan bagaimana memperoleh kebahagian?"
"Pertama", jawab si burung, "jangan percaya siapa pun kecuali Tuhan.
Kedua, jangan berharap sesuatu yang kamu tak akan sanggup mendapatkannya.
Ketiga, jangan sesali masa lalumu".

Merasa puas, si kakek melepaskan burung itu. Tapi, begitu dilepas, siburung meledek kakek tua itu. "Dasar kakek bodoh," kata hewan itu.
"Sebetulnya, kalau kakek tidak melepaskan saya, saya akan memberikan telur emas."
Si kakek sangat menyesal dan mengejar burung itu. Hewan ini lalu hinggap diranting pohon cemara. Kakek yang penasaran ini lantas berusaha meraihnya dan... dia terjatuh lalu pingsan.

Ketika kakek ini siuman, burung tersebut mendekatinya. "Dasar manusia, baru beberapa menit saya beri petunjuk meraih kebahagiaan, kamu sudah lupa lagi. Ingat Kek, apa yang saya katakan tadi. Kakek jangan percaya pada siapapun kecuali Tuhan! Saya ini burung, mengapa Kakek percaya saya?"
"Kedua, tadi saya katakan jangan berharap pada sesuatu yang kamu tidakdapat meraihnya. Lihat akibatnya Kakek jatuh dan pingsan."
"Ketiga," lanjut si burung, "jangan sesali masa lalu. Mengapa Kakek menyesal? Bukankah apa yang kakek kerjakan, yakni melepaskan saya, sudah terjadi?"

Sambil terbang mengangkasa, burung ini mengaku malaikat utusan Tuhan untuk memberikan pelajaran kepada umat manusia.

*********************

Semoga, kita bukanlah kakek bodoh yang menyesali masa lalu kita.

Si Murung dan Si Ceria


Ada dua anak bernama Si Ceria dan Si Murung. Seperti namanya Ceria mempunyai sifat periang, selalu gembira dan tersenyum. Sebaliknya Murung mempunyai perangai yang cemberut, selalu sedih, dan jarang tersenyum.
Suatu ketika orang tua mereka berpikiran untuk membuat Si Murung tersenyum gembira dan membuat Si Ceria menjadi sedih cemberut dan sedih. Mereka lalu berpikir untuk memberikan sesuatu yang menjadi kesukaan masing-masing anak.
Si Murung menginginkan telepon genggam. Selama ini jika pergi dengan teman-temannya sering kali ia meminjam telepon genggam milik temannya. Orangtuanya membelikan sebuah telepon genggam terbaru supaya dia menjadi senang dan gembira.
Sewaktu Murung pergi sekolah, telepon genggam itu dibungkus oleh orangtuanya dengan kertas kado yang bagus dan diletakkan di kamarnya.

Sepulang sekolah, Murung segera masuk ke kamar dan melihat ada kado di sana.Cepat-cepat ia membuka kado itu dan ia terkejut sekali ketika mendapatkan di dalamnya berisi telepon genggam. Wajahnya tersenyum, tapi tidak lama.Kemudian ia murung lagi karena ia takut kalau-kalau teman-temannya akan meminjam telepon genggamnya lalu menjadi rusak. Di benaknya selalu muncul pikiran yang negatif, sehingga kado itu menjadi beban baginya. Yang keluar dari mulutnya adalah omelan dan keluhan, bukannya ucapan terima kasih kepada orang tuanya.
Di pihak lain, si Ceria senang sekali dengan kuda. Orang tuanya membungkus kotoran kuda dan diletakkan dalam kamar agar ia menjadi sedih dan murung.
Sewaktu Ceria pulang ia juga terkejut melihat ada kado di kamarnya. Dengan sergap ia membuka pula kado itu. Betapa terkejutnya ia, ternyata yang didapatkan adalah kotoran kuda berbau busuk. Mukanya kebingungan sejenak.Tetapi ia segera berpikir, "Ah masa orang tuaku yang begitu mencintaiku memberi aku kotoran kuda, pasti ada sesuatu di balik hadiah ini."
Kemudian ia lari kepada orang tuanya dan mencium mereka. Orang tuanya sangat bingung dan terkejut kemudian bertanya, "Lho kamu itu diberi kotoran kuda kok senang sih ?".

Lalu Ceria menjawab, "Papa, Mama, saya tahu kalian sangat mencintai saya, jadi tidak mungkin memberi kotoran kuda kepada saya, pasti kotoran kuda itu adalah sebuah tanda. Kalau ada kotoran kuda, berarti ada kudanya. Saya tahu bahwa kalian akan membelikan kuda pony buat saya"

***
Orang yang hidupnya merasa sangat dicintai akan selalu berpikir bahwa ia selalu akan menerima yang terbaik dalam hidupnya, walaupun dalam penderitaan. Sebaliknya orang yang pesimis merasa hidup ini menjadi beban penderitaan yang sangat panjang, sehingga ia selalu gelisah, takut, dan khawatir.

Kisah Tentang Pohon Apel


Suatu masa, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang dedaunan. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.
Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.
“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.
“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… Tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.
“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.
“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”
“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel.
Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.
“Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.
“Aku sedih,” kata anak lelaki itu. “Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.” sahut pohon apel.
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang-batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
“Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”
“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.
“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” Kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”
“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring! Peluklah akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” jawab pohon apel.
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Dan, yang terpenting: cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Kentang dan Memaafkan


Suatu ketika, ada seorang guru yang meminta murid-muridnya untuk membawa satu kantung plastik bening ke sekolah. Lalu, ia meminta setiap anak untuk memasukkan beberapa kentang di dalamnya. Setiap anak,diminta untuk memasukkan sebuah kentang, untuk setiap orang yang tak mau mereka maafkan.

Mereka diminta untuk menuliskan nama orang itu, dan mencantumkan tanggal di dalamnya. Ada beberapa anak yang memiliki kantung yang ringan, walau banyak juga yang memiliki plastik kelebihan beban.
Mereka diminta untuk membawa kantung bening itu siang dan malam. Kemana saja, harus mereka bawa, selama satu minggu penuh. Kantungitu, harus ada di sisi mereka kala tidur, di letakkan di meja saat belajar dan ditenteng saat berjalan.
Lama-kelamaan kondisi kentang itu makin tak menentu. Banyak dari kentang itu yang membusuk dan mengeluarkan bau yang tak sedap. Hampir semua anak mengeluh dengan pekerjaan ini.
Akhirnya, waktu satu minggu itu selesai. Dan semua anak, agaknya banyak yang memilih untuk membuangnya daripada menyimpannya terus menerus.pekerjaan ini, setidaknya, memberikan hikmah spiritual yang besar sekali buat anak-anak. Suka-duka saat membawa-bawa kantung
yang berat, akan menjelaskan pada mereka, bahwa, membawa beban itu,sesungguhnya sangat tidak menyenangkan. Memaafkan, sebenarnya, adalah pekerjaan yang lebih mudah, daripada membawa semua beban itu kemana saja kita melangkah.

***********

Ini adalah sebuah perumpamaan yang baik tentang harga yang harus kita bayar untuk sebuah kepahitan yang kita simpan, dan dendam yang kita genggam terus menerus. Getir, berat, dan
meruapkan aroma yang tak sedap,bisa jadi, itulah nilai yang akan kita dapatkan saat memendam amarah dan kebencian.
Sering kita berpikir, memaafkan adalah hadiah bagi orang yang kita beri maaf. Namun, kita harus kembali belajar, bahwa pemberian itu, adalah juga hadiah buat diri kita sendiri. Hadiah, untuk
sebuah kebebasan.Kebebasan dari rasa tertekan, rasa dendam, rasa amarah, dan kedegilan hati.

Jumat, 25 Januari 2008

Keinginan Seorang Kakak


It's a good story......

Roy Angel adalah pendeta miskin yang memiliki kakak seorang milyuner.

Padatahun 1940, ketika bisnis minyak bumi sedang mengalami puncak, kakaknya menjual padang rumput di Texas pada waktu yang tepat dengan harga yang sangat tinggi. Seketika itu kakak Roy Angel menjadi kaya raya. Setelah itu kakak RoyAngel menanam saham pada perusahaan besar dan memperoleh untung yang besar.Kini dia tinggal di apartemen mewah di New York dan memiliki kantor di Wallstreet.

Seminggu sebelum Natal, kakaknya menghadiahi Roy Angel sebuah mobil baru yang mewah dan mengkilap.Suatu pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan penuh kekaguman.

"Hai.. nak" sapa Roy

Anak itu melihat pada Roy dan bertanya "Apakah ini mobil Tuan?"

"Ya," jawab Roy singkat.

"Berapa harganya Tuan?"

"Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa".

"Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan yang punya mobil ini?"Gelandangan kecil itu bertanya penuh heran.

"Saya tidak tahu karena mobil ini hadiah dari kakak saya"

Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan bergumam, "Seandainya....seandainya...."

Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak kecil itu."Anak ini pasti berharap memiliki kakak yang sama seperti kakakku."

Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu melanjutkan kata-katanya:"Seandainya... seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu....."

Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu berkeliling dengan mobilnya. Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya.Sampai satu kali anak itu berkata,"Tuan bersediakah mampir ke rumah saya ?Letaknya hanya beberapa blok dari sini".

Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin dilakukan anak ini."Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah." pikir Roy.

"OK, mengapa tidak", kata Roy sambil menuju arah rumah anak itu.

Tiba di sudut jalan si anak gelandangan memohon pada Roy untuk berhenti sejenak,"Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan segera kembali".

Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah reot.Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy mulai penasaran apa yang dilakukan anak itu dan keluar dari mobilnya, menatap rumah reot itu.

Pada waktu itu ia mendengar suara kaki yang perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil menggendong adiknya yang lumpuh.Setelah tiba di dekat mobil anak gelandangan itu berkata pada adiknya:"Lihat... seperti yang kakak bilang padamu. Ini mobil terbaru. Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan ini. Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil seperti ini untukmu".

Bukan karena keinginan seorang anak gelandangan yang hendak menghadiahkan mobil mewah untuk adiknya yang membuat Roy tak dapat menahan haru pada saat itu juga, tetapi karena ketulusan kasih seorang kakak yang selalu ingin memberi yang terbaik bagi adiknya. Seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu.......

Kisah ini diambil dari sebuah kisah nyata yang ditulis dalam sebuah buku"Stories for the family's heart" by Alice Gray.

Kamis, 24 Januari 2008

Hal yang berguna

Lima orang bersaudara hidup dengan tentram di sebuah kaki gunung. Orang tua mereka yang sudah meninggal, mewariskan 1.5 ha sawah dan ladang untuk diolah. Sawah dan ladang itu terletak agak jauh dari rumah sehingga mereka harus berangkat bekerja di sawah pada pagi hari.
Atas kesepakatan bersama, si sulung memerintahkan kepada si bungsu untuk tinggal dirumah selama mereka bekerja di sawah. Si bungsu menyetujui dan menyambut gembira keputusan tersebut.
Setiap kali kakak-kakaknya pulang dari bekerja, mereka pasti sudah menemukan rumah mereka yang sudah bersih, rapih dan terasa nyaman. Diatas meja makan sudah tersedia makanan dan minuman untuk mereka semua, tempat tidur rapih semuanya dan pakaian-pakain kotor sudah dicuci dan digosok semuanya. Tetapi rupanya salah seorang kakak berpkiran jelek dan curiga terhadap si bungsu.
"Si bungsu curang, dia tidak mau ikut kesawah dan hanya mau bermalas-malasan saja di rumah,"pikir seorang kakaknya.
Setelah berhasil mempengaruhi saudara-saudaranya yang lain, diputuskanlah bahwa mereka semua harus berangkat ke sawah termasuk si bungsu, Ketika kembali kerumah mereka menemukan rumah yang berantakan, tidak terurus, meja makan kosong. Mereka menyadari bahwa adik bungsu mereka yang selama ini dianggap tidak berguna, kini baru terasa bahwa dia memiliki peranan penting.

*******
Jangan pernah meremehkan orang-orang yang bekerja di belakang layar, yang tidak begitu menonjol pekerjaannya. Lihatlah siapa saja dirumah anda yang kelihatannya paling "tidak berguna", mungkin itu adalah orangtuamu yang sudah tua, kakek, nenek yang kelihatannya hanya duduk-duduk sepanjang hari, pembantu yang pekerjaannya kelihatan tidak terlalu berharga, petugas kebersihan di gereja, pendoa yang tidak pernah kelihatan tampil didepan atau siapun yang penah anda remehkan. Belajar untuk melihat sisi baik kehadiran mereka dan bagaimana mereka kalau tidak ada dirumah atau digereja anda. Tanpa sadar kita sering berkata dengan sombongnya,"Biarkan saja dia pergi, biarkan dia keluar! Toh dirumah ini dia tidak berguna?" atau "Untuk apa ditahan-tahan, masih banyak orang yang bias mengerjakan apa yang dia kerjakan." Suatu saat kita akan merasakan bahwa ktia telah kehilangan orang-orang terbaik yang pernah ada di rumah atau di gereja kita. Semua kita telah diperlengkapi dengan keahliaan masing-masing yang berbeda dengan maksud agar bias saling bekerjasama, saling melengkapi dan saling menolong. Walaupun ada sebagian orang yang tidak terlalu menonjol dalam keahliaan tertentu tapi belajarlah untuk menghargai manfaat dari kehadiran mereka dan kemampuan yang dipercayakan kepada mereka.

Wortel, Telur, dan Kopi


Seorang anak perempuan mengeluh pada ayahnya tentang kehidupannya yang sangat berat. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya dan bermaksud untuk menyerah. Dia merasa capai untuk berjuang dan berjuang.

Satu persoalan telah diatasi persoalan yang lain timbul. Ayahnya, seorang koki, membawanya kedalam dapur. Dia mengisi tiga buah panci dengan air dan kemudian menempatkannya diatas api. Segera air didalam panci-panci itu mendidih. Pada sebuah panci diisinya dengan beberapa wortel, kedalam panci kedua diisinya dengan beberapa biji telur, dan pada panci terakhir diisinya dengan biji-biji kopi. Dibiarkannya beberapa saat tanpa berkata sepatah kata.

Sang anak perempuan mengatupkan mulutnya dan dengan tidak sabar menunggu, keheranan dengan yang dikerjakan ayahnya. Setelah sekitar dua puluh menit ayahnya mematikan kompor. Diambilnya wortel-wortel dan diletakan kedalam mangkok. Diambilnya telur-telur dan diletakkan kedalam mangkok. Kemudian dituangkannya kopi kedalam cangkir.

Berbalik kepada anaknya, dia bertanya: "Sayangku, apa yang kau lihat?"

"Wortel, telur, dan kopi," jawab anaknya.

Sang ayah membawa anaknya mendekat dan memintanya meraba wortel. Dia melakukannya dan mendapati wortel-wortel itu terasa lembut. Kemudian sang ayah meminta anaknya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah mengupas kulitnya anaknya mendapatkan telur matang yang keras. Yang terakhir sang ayah meminta anaknya untuk menghirup kopi. Dia tersenyum saat merasakannya penuh aroma.

Dengan rendah hati bertanya "Apa artinya, bapa?"

Sang ayah menjelaskan tiap benda telah merasakan kemalangan yang sama, air yang mendidih, tetapi beraksi berbeda. Wortel yang kuat, keras, dan tegar. Tetapi setelah dimasak dalam air mendidih, menjadi melembut dan lemah. Telur yang rapuh. Kulit luar yang tipis melindungi cairan didalamnya. Tetapi setelah dimasak didalam air mendidih, cairan didalam menjadi keras. Biji-biji kopi sangat unik. Setelah dimasak didalam air mendidih, kopi itu telah merubah air.

"Yang mana engkau?" sang ayah bertanya, "Ketika kemalangan mengetuk pintumu, bagaimana reaksimu? Apakah engkau wortel, telur, atau kopi?"

Rabu, 23 Januari 2008

Mencintai apa adanya


Tahun itu dia mendadak muncul, Xiao Cien namanya. Tampangnya tidak seberapa. Di bawah dukungan teman sekamar, dengan memaksakan diri aku bersahabat dengan dia. Secara perlahan, aku mendapati bahwa dia adalah orang yang penuh pengertian dan lemah lembut.

Hari berlalu, hubungan kami semakin dekat, perasaan di antara kami semakin menguat, dan juga mendapat dukungan dari teman-teman.

Pada suatu hari di tahun kelulusan kami, dia berkata padaku, "Saya telah mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi, tetapi di Amerika, dan saya tidak tahu akan pergi berapa lama, kita bertunangan dulu, bolehkah?"

Mungkin dalam keadaan tidak rela melepas kepergiannya, saya mengangguk.

Oleh karena itu, sehari sesudah hari wisuda, hari itu menjadi hari pertunangan kami berdua. Setelah bertunangan tidak berapa lama, bersamaan dengan ucapan selamat dan perasaan berat hati dalam hatiku, dia menaiki pesawat dan terbang menuju sebuah negara yang asing. Saya juga mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus, memulai hari bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 5 sore. Telepon internasional merupakan cara kami untuk tetap berhubungan dan melepas kerinduan.

Suatu hari, sebuah hal yang naas terjadi pada diriku. Pagi hari, dalam perjalanan menuju tempat kerja, sebuah taksi demi menghindari sebuah anjing di jalan raya, mendadak menikung tajam.....

Tidak tahu lewat berapa lama saya pingsan. Saat siuman telah berada di rumah sakit, dimana anggota keluarga menunggu mengelilingi tempat tidur saya. Mereka lantas memanggil dokter.

"Pa?" saya ingin memanggilnya tapi tidak ada suara yg keluar.

Mengapa? Mengapa saya tidak dapat memanggilnya? Dokter mendatangiku dan memeriksa, suster menyuntikkan sebuah serum ke dalam diriku, mempersilahkan yang lainnya untuk keluar terlebih dahulu.

Ketika siuman kembali, yang terlihat adalah raut wajah yang sedih dari setiap orang, sebenarnya apa yang terjadi. Mengapa saya tidak dapat bersuara?

Ayah dengan sedihnya berkata, "Dokter bilang syaraf kamu mengalami luka, untuk sementara tidak dapat bersuara, lewat beberapa waktu akan membaik."

"Saya tidak mau!" saya dengan berusaha memukul ranjang, membuka mulut lebar-lebar berteriak, tapi hanya merupakan sebuah protes yang tidak bersuara.

Setelah kembali ke rumah, kehidupanku berubah. Suara telepon yang didambakan waktu itu, merupakan suara yang sangat menakutkan sekarang ini. Saya tidak lagi keluar rumah, juga menjadi seorang yang menyia-nyiakan diri, ayah mulai berpikir untuk pindah rumah.

Dan dia? di belahan bumi yang lain, yang diketahui hanyalah saya telah membatalkan pertunangan kami, setiap telepon darinya tidak mendapatkan jawaban, setiap surat yang ditulisnya bagaikan batu yang tenggelam ke dasar lautan.

Dua tahun telah berlalu, saya secara perlahan telah dapat keluar dari masa yang gelap ini, memulai hidup baru, juga mulai belajar bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Suatu hari, Xiao Cien memberitahu bahwa dia telah kembali, sekarang bekerja sebagai seorang insinyur di sebuah perusahaan. Saya berdiam diri, tidak mengatakan apapun. Mendadak bel pintu berbunyi, berulang-ulang dan terdengar tergesa-gesa. Tidak tahu harus berbuat apa, ayah menyeretkan langkah kakinya yang berat, pergi membuka pintu.

Saat itu, di dalam rumah mendadak hening. Dia telah muncul, berdiri di depan pintu rumahku. Dia mengambil napas yang dalam, dengan perlahan berjalan ke hadapanku.

Dengan bahasa isyarat yang terlatih, dia berkata, "Maafkan saya! Saya terlambat satu tahun baru menemuimu. Dalam satu tahun ini, saya berusaha dengan keras untuk mempelajari bahasa isyarat, demi untuk hari ini. Tidak peduli kamu berubah menjadi apapun, selamanya kamu merupakan orang yang paling kucintai. Selain kamu, saya tidak akan mencintai orang lain, marilah kita menikah!"