Minggu, 16 Desember 2007

Terbangkanlah Layang-layangmu


Di sebuah taman kota, duduk dua orang di sebuah bangku panjang. Keduanya tampak akrab, seakan mereka baru saja bertemu setelah berpisah lama. Sesekali terdengar tawa berderai di tengah percakapan yang mereka lakukan. Seseorang di antara mereka tampak berbicara, "Paman, ada satu hal yang mengganjal dalam pikiranku.
Mengapa dulu kau berikan aku layang-layang saat Ayah meninggal? Bukankah benda itu tak lazim sebagai tanda bela sungkawa?
Sampai kini, aku memikirkan maksud pemberian itu buatku."Sang Paman tampak mendengarkan. Matanya meneliti wajah pemuda di depannya dengan seksama.
"Jadi, kamu masih menyimpan layang-layang itu?"
Pemuda itu menjawab, "Ya. Aku masih ingin tahu apa arti semua itu buatku. Aku kehilangan harapan setelah Ayah meninggal. Aku masih bersedih hingga saat ini, sebab orang yang kucintai taklagi bersamaku. Ayah sangat berarti buatku.
Seakan semua impianku hilang saat Ayah meninggal." Mata pemuda itu mulai berkaca-kaca."Saat itu, bukanlah waktu yang tepat untuk bermainlayang-layang, lalu mengap Paman memberikannya buatku?"Mata sang paman terus meneliti wajah kemenakannya. "Nak, kami juga semua bersedih saat kehilangan Ayahmu. Namun, janganlah kamu juga ikut berputus asa. Layang-layang itu kuberikan padamu, agar kau bisa menegakkan kepalamu saat bersedih. Pandanglah ke langit, tataplah ke angkasa.
Layang-layang itu adalah sebagai tanda, bahwa akan selalu ada curahan kebahagiaan yang turun dari-Nya.
Terbangkanlah layang-layang mu setinggi-tingginya, seperti halnya kau terbangkan semua impianmu. Tapi ingat, pegang erat benang di tanganmu, agar tak kehilangan arah dalam menggapai hasratmu."Keduanya saling berpandangan. "Terima kasih Paman. Aku akan menginagt semua ucapan Paman hari ini. Aku percaya, Ayah akan juga mendengar." Wajah serius Paman mulai cair, dan ia kembali berpesan, "Ingat Nak, selalu ada harapan dari Allah di atas sana.
Terbangkanlah layang-layangmu, naikkan setinggi-tingginya. Pandanglah ke atas, tegakkan kepalamu setiap kali bersedih, sebab Allah akan memberimu curahan rahmat dan berkah-Nya dari langit.'"Lelaki itu melanjutkan ucapannya, "Tataplah ke angkasa, angkat kepalamu setiap kali kau merasa tak bahagia,percayalah di atas sana selalu ada Allah yang akan mendengar setiap doamu."

Catatan dariku:
Layang-layang dimainkan dengan kepala tegak dan bukan dengan menunduk. Layang-layang diterbangkan bukan dengan wajah ke arah bawah, tapi dengan menatapnya ke angkasa. Begitupun kita dalam hidup. Layang-layang adalah tanda agar kita selalu percaya bahwa optimisme dimulai dengan membangun harapan, bukan dengan bersedih. Layang-layang adalah pengingat buat kita bahwa semangat baru akan hadir bagi mereka yang berpikir positif.Terbangkanlah layang-layang harapanmu setinggi-tingginya. Gapailah rahmat Allah di atas sana. Naikkanlah layang-layang impian mu hingga langit yang menjadi batasnya. Raihlah berkah dari Allah di atas sana. Tegakkan kepalamu, pandanglah langit dengan sempurna. Tataplah angkasa, susuri kumpulan awan di sana. Percayalah. Akan selalu ada harapan dari Allah di sana.

Tidak ada komentar: